Di suatu malam di bulan Ramadhan. Rasulullah saw berjalan berdua dengan isterinya, Ummu Salamah, menyeruak kegelapan. Ini terjadi saat Rasulullah saw hendak mengantar sang isteri pulang ke rumahnya setelah menengok Rasulullah yang tengah melakukan i’tikaf. Dalam perjalanan itu mereka berpapasan dengan seorang laki-laki. Demi melihat itu, laki-laki itu menghentikan langkahnya sejenak. Menyadari bahwa posisinya bisa mengundang kecurigaan. Rasulullah saw mengatakan kepada orang itu, “Saudaraku, ini adalah isteriku.”
Begitulah Rasulullah saw berusaha menepis kecurigaan. Beliau tidak rela membiarkan prasangka berkembang menjadi fitnah. Karena memang syetan—baik dari kalangan jin maupun manusia—akan selalu mencari-cari jalan bahkan celah sekecil apa pun untuk meniupkan tuduhan-tuduhan busuk. Bisa dibayangkan bila kecurigaan orang itu berkembang menjadi isu dan ditambah dengan provokasi orang-orang munafik, maka bukan mustahil akan menjadi berita dusta seperti yang pernah menimpa Aisyah—semoga Allah meridhoinya—dengan peristiwa yang dalam sirah terkenal dengan Haditsul-ifki (berita dusta).
Memang kecurigaan tidak selalu berbuah buruk. Bahkan pada saat tertentu hal itu dibutuhkan. Itulah kecurigaan dalam bentuk sensitivitas dalam membaca suasana, situasi, atau kondisi tak nampak yang ditindaklanjuti dengan upaya-upaya perbaikan dan bukan menyebarkan aib. Ini terjadi pada Salman Al-Farisi. Saat dia berkunjung ke rumah Abu Darda. Begitu datang ke rumahnya Salman disambut oleh isterinya yang berpakaian lusuh. Salman mencurigai ada sesuatu yang tidak beres pada diri sahabatnya itu. Atas dasar itu ia bertanya, “Mengapa engkau tampak lusuh”. Ummu Darda, isteri Abu Darda itu menjawab, “Kawanmu itu tidak suka dengan dunia.”
Salman sudah mempunyai kecurigaan dan menyimpan sedikit informasi tentang Abu Darda; mengabaikan hak-hak isterinya. Begitu Abu Darda datang menyambut, Salman pun dipersilakan masuk lalu dihidangkan makanan kepadanya. “Makanlah, saya sedang berpuasa,” pinta Abu Darda. “Saya tidak akan makan jika kamu tidak makan,” sahut Salman. Akhirnya Abu Darda membatalkan puasanya dan makan bersama tamunya yang berencana menginap di rumahnya.
BERSAMBUNG