Beda halnya dengan sahur yang sunnah untuk diakhirkan, dalam berbuka (ifthar) dituntunkan untuk ta’jil (disegerakan). Karena Rasulullah bersabda:
“Manusia terus menerus dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Al-Bukhari no. 1957 & Muslim no. 2549)
Hal ini merupakan Sunnah Rasul menyelisihi Yahudi & Nasrani sebagaimana disabdakan Nabi:
“Terus-menerus agama ini dzahir/tampak selama manusia menyegerakan berbuka, karena Yahudi & Nasrani mereka mengakhirkan berbuka.” (HR. Abu Dawud no. 2353, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahih Abi Dawud & Asy-Syaikh Muqbil dlm Al-Jami’ush Shahih Mimma Laisa fish Shahihain, 2/420)
Nabi telah mencontohkan makanan yang beliau makan ketika berbuka seperti yang disampaikan Anas bin Malik:
“Adalah Rasulullah n berbuka sebelum shalat Magh-rib dgn memakan beberapa butir kurma basah (ruthab), bila tak ada ruthab beliau berbuka dgn kurma kering (tamar), bila tak ada tamar beliau meneguk beberapa teguk air.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil di atas syarat Al-Bukhari & Muslim, Al-Jami’ush Shahih Mimma Laisa fish Shahihain, 2/419-420)
Dan dituntunkan ketika berbuka membaca doa:
“Telah hilang dahaga & telah basah urat-urat (hilang kekeringan yang disebabkan rasa haus) serta telah tetap pahala Insya Allah.” (HR. Abu Dawud no. 2357, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahih Abi Dawud).