Sungguh kasihan nasib para Muslimah di Inggris. Hanya untuk sekadar memakai jilbab di luar rumah saja, mereka harus menghadapi terorr. Layanan pengaduan Muslim di Inggris mengatakan bahwa muslimah adalah korban terbesar diskriminasi anti-Islam dan kebencian rasial di negaranya. Hal itu juga telah menjadi kririkan terhadap polisi setempat, mereka mengklaim polisi telah gagal memberikan bantuan kepada para korban.
“Kami menghimbau polisi dan para politisi agar segera mengatasi masalah krusial dan memalukan seperti ini,” kata Fiyaz Mughal, koordinator koordinator layanan pengaduan MAMA, kepada The Guardian sebagaimana dilansir onislam.net, Ahad (10/3/13).
“Dari mulai di internet, tempat kerja, rumah, jalanan dan bahkan di tempat ibadah seorang Muslimah seringkali menjadi sasaran pelecehan kadang-kadang hingga kekerasan,” tambahnya.
Laporan itu disusun oleh pusat pengaduan Muslim MAMA selama setahun, tercatat telah mencapai 630 kasus terjadi. Mereka mengungkapkan bahwa sebagian besar yang dialami perempuan berjilbab kebanyakan adalah serangan fisik ketika berada di jalan-jalan. Bahkan yang paling mengejutkan terjadi saat salah satu keluarga muslim dipaksa keluar dari rumah mereka sendiri di Nottinghamshire.
Selain mendapat serangan ketika di jalan, mereka juga sering mendapatkan hinaan di situs jejaring sosial seperti Twitter.
Dari pelaku, mayoritas memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan seperti EDL atau National British Party (BNP), demikian isi laporan itu. Anggota BNP atau EDL terlibat dalam 54% dari seluruh insiden, dengan usia rata-rata antara 21 dan 30. Berdasarkan data yang diberikan oleh pusat pengaduan Muslim MAMA, bahwa telah terjadi penangkapan 21 orang anggota sayap kanan pendukung EDL, dengan lebih dari 40 insiden dilaporkan terhadap pemimpin EDL Tommy Robinson. []