Seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan. Kecuali mereka yang mendapat rukhsoh, mereka boleh tidak berpuasa. Banyak juga anak kecil yang ikut berpuasa di buan Ramadhan. Mereka biasanya melihat orang tuanya bangun saat sahur dan mereka ikut melaksanakan sahur juga berpuasa. Namun apakah pahala orang dewasa dan anak sama? Kemungkinan besar tidak. Karena kadar keikhlasan orang dewasa dan anak tentu berbeda.
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Allah SWT berfirman, “…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam…” (QS. Al-Baqarah : 187).
Dalam puasa harus diperhatikan pula syarat wajib dan syarat sahnya. Hal ini menjaga agar puasa kita tidak sia-sia. Syarat wajib puasa yakni Islam, dewasa, berakal, dan mampu. Perintah puasa pada bulan Ramadhan diwajibkan bagi umat Islam yang dewasa. Bagaimana dengan anak-anak? Anak-anak juga disarankan ikut berpuasa sebagai latihan agar kelak ia sudah terbiasa melakukan puasa Ramadhan.
Orang dewasa yang berpuasa pun haruslah yang berakal. Jika seorang muslim dewasa namun memiliki gangguan mental (tidak berakal), maka ia tidak wajib berpuasa. Selain itu mereka yang beragama islam, dewasa juga berakal harus dalam keadaan mampu menjalankan puasa tersebut. Artinya orang tersebut tidak sedang dalam keadaan sakit parah.
Puasa yang sah harus diawali dengan niat. Niat puasa wajib harus dilakukan pada malam hari. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang tidak berniat untuk puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya,” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasai dan At-Tirmidzi)
Orang yang sedang puasa wajib menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menghilangkan pahala puasa. Seperti ghibah, berdusta, namimah (mengadu domba), mencaci maki dan lain sebagainya. Hendaknya kita yang berpuasa mampu menjaga telinga dari mendengar hal-hal yang dilarang, menjaga mulut dari berbicara yang sia-sia, menahan kaki melangkah ke tempat maksiat dan menggunakan tangan untuk membantu sesama. [abualifa]